Senin, 17 Juni 2013

Faithful and Faithless

 

 

 

Seiring dengan pengetahuan yang semakin maraknya, membuat manusia berpola pikir seperti pola pikirnya sendiri. Terkadang manusia tidak percaya lagi akan Tuhan, dan hanya mengandalkan kekuatan sendiri, manusia sudah mulai mengandalkan teknologi yang ada, tidak mengakui akan keberadaan Tuhan. Hal yang perlu dilakukan dan diketahui saat ini adalah

Manusia perlu transformasi dalam hidup. Tranformasi dalam Iman, seperti judul di atas “Faithful and Faithless” yang akan kita ulas dalam menghadapi lingkungan, bahkan dunia yang semakin bergejolak. Kalau kita mengulas lebih dalam lagi tentang arti kata dari Faithful yang merupakan “Iman”, seseorang beriman sesuatu hal akan terjadi dan akan berhasil. Berbeda dengan kata Faithless yang artinya “Tidak beriman”, tidak ada dasar kepercayaan akan sesuatu yang akan diaanggap terjadi. Namun kita lebih fokus kepada Faithful yang mengubah paradigma setiap yang tidak percaya kepada Tuhan. Faithful akan menuju kedewasaan rohani yang akan menghasilkan kemurahan Tuhan yang dahsyat dan tak terbayangkan dalam hidup. Suatu keajaiban akan terjadi jika  setiap kita benar-benar percaya dan mau berjalan melangkah maju bersama dengan Tuhan. Satu Sosok yang mendasari iman setiap orang percaya kepada Allah ialah Yesus Kristus yang disebut anak Allah. Dalam Kitab perjanjian baru pada surat Yohanes 1:12 berkata “ Tetapi semua orang yang menerima-Nya,diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam namaNya”. Sebelum kita membahas lebih jauh, kita harus lebih dulu mengerti dan mengenal Tuhan Yesus dalam kehidupan kita. Faithful itu timbul dari pengakuan secara intelek dan melalui penyerahan penuh pola pikir kepada penyatuan dengan Tuhan Yesus Kristus. Ketika kita menerima Dia sebagai juruslamat dan percaya akan Dia, kita menempatkan Dia di bagian mana dalam  pandangan dan pola pikir kita? Sampai Tuhan Yesus Kristus kita terima sebagai sosok tertinggi dan termulia, penjelasan alkitab, hanyalah menceritakan tentang tanda dan mujizat saja, karena tidak memiliki suatu bukti. Para penulis dan penerjemah alkitab tidak memiliki satu materai yang efisien, akan tetapi Roh kudus Tuhan yang memberikan pengertian, baik pengetian tentang kitab wahyu, dan lainnya, dimana Roh kudus tidak memateraikan interpretasi alkitab kepada mereka yang menerima Tuhan Yesus sebagai otoritas tertinggi di dalam hidup, pola pikir, dan cara pandang mereka. Masalahnya sekarang adalah apakah setiap kita yang sudah mengenal Tuhan Yesus, menerima Dia dengan segenap hidup, pola pkir dan cara pandang kita? Dia yang hidup harus kita sadari dan patut menerima Dia sebagai otoritas tertinggi dan termulia dalam segala apapun itu.

            Pada perjanjian baru mencatat pada surat Roma pasal 1: 17 berkata “Orang benar akan hidup oleh iman”. Langkah iman menuju kedewasaan rohani menghasilkan kemurahan Tuhan yang dahsyat dan tidak pernah terduga. Keajaiban pasti terjadi jika kita bersedia maju terus bersama-Nya. Terkadang kegagalan menjadi suatu hal yang sangat menakutkan bagi kita sehingga semua jalan untuk mencapai keberhasilan menjadi terhalang olehnya. Namun apa yang bisa kita lakukan untuk menghadapi kegagalan dan maju terus? Berikut ini beberapa langkah iman yang harus kita miliki sebagai pelayan-pelayan Tuhan dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari agar kita siap menyambut dan menerima kemenangan yang Allah persiapkan bagi kita.

 

1.     Tidak melakukan pelanggaran di hadapan Tuhan

syarat utama yang harus dilakukan adalah berpaling dari cara-cara berdosa dan kembali kepada jalan yang benar yang telah Tuhan sediakan bagi kita. Keadaan moral bangsa Israel yang hancur-hancuran secara rohani tidak membuat Hizkia mundur untuk melakukan apa yang benar diahdapan Allah. Mungkin saja apa yang dilakukan oleh Hizkia tetap menginginkan seluruh rakyat itu kembali kepada Allah.

Anugerah dan kasih karunia yang Telah Allah sediakan bagi kita bukanlah suatu alat bagi kita untuk terus berdalih dari setiap pelanggaran dan memanfaatkan keabikan Allah agar terhindar dari hukum Allah. Perlu kita ketahui bahwa kasih dan disiplin Allah berjalan dengan seimbang. Kesucian Allah tidak bisa digabungkan dengan kekotoran dosa manusia.

 

2.     Memiliki keyakinan bahwa kita akan mencapai sasaran kita.

 Keyakinan kita dalam mencapai sasaran kita yang diberikan Allah itu terletak bukan pada kemampuan atau hasrat kita saja, melainkan pada Allah yang memberi sasaran itu kepada kita dan hasrat berkobar-kobar untuk mencapainya sedari awalnya. Keyakinan kita dalam mengejar sasaran yang diberikan Allah harus juga berakar pada hal-hal yang sama. Memiliki keyakinan bahwa Allah telah memanggil kita untuk meraih sukses dalam mencapai sasaran-sasaran yang telah ditanamkan-Nya dalam hati kita. Jika kita tidak memiliki keyakinan bahwa kita dapat mencapai sasaran yang telah diberikan Allah itu, kita takkan mengerahkan seluruh tenaga kita kedalam upaya tersebut, dan kita akan mudah berkecil hati begitu mengalami sedikit saja hambatan atau kemunduran. Keyakinan kepada Tuhan mengobarkan motivasi. Itu adalah landasan dari keberanian dan daya tahan.

 

3.     Memiliki hati yang fokus dan tetap setia.

Kita dituntut untuk menfokuskan perhatian kita pada suatu sasaran, janganlah biarkan diri kita menyimpang. Jika kita sungguh percaya Allah telah membantu kita menetapkan suatu sasaran, janganlah biarkan siapapun menghalangi kita, menghambat kita, atau mencegah kita mengejarnya. Mungkin ada saat dimana orang lain dapat membantu kita memperjelas sasaran kita, atau orang lain bisa memberikan nasihat bijaksana tentang bagaimana cara mencapai suatu sasaran dengan cara yang lebih efisien dan efektif. Kemudian memiliki hati yang tetap setia yaitu melakukan dengan segenap hati, dimulai dari diri kita sendiri untuk terus bertekun dan selalu berusaha untuk memperbaiki diri dan berubah pada hal-hal yang tidak berkenan dihadapan Allah. Kita kudu menyadari bahwa keberhasilan merupakan hasil dari ketekunan dan kesetiaan kita dalam mengikuti proses Allah dalam setiap kehidupan kita. Dan inilah yang disebut sebagai ketaatan seorang hamba yang melayani tuannya dengan baik dan siap melakukan apa saja yang diperintahkan oleh tuannya.

            Allah menghendaki kita bergantung kepada-Nya. Kita bukanlah beban bagi Allah jika kita mengatakan,”Aku sepenuhnya bergantung kepadaMU”. Allah menghendaki kita bersikap sepenuhnya tergantung kepada-Nya. Bukan hanya sikap kita saja yang bergantung kepada Tuhan, ucapan serta pernyataan kita kepada orang lain pun harus mencerminkan ketergantungan ini. Kita takkan dapat mencapai apapun yang memiliki manfaat kekal dengan kekuatan sendiri. Kita harus mengingatkan diri serta orang lain dengan apa yang kita ucapkan bahwa hal-hal yang memiliki manfaat kekal menuntut kita untuk mempercayai Allah dalam melaksanakan maksud dan tujuan Tuhan dalam hidup kita dan hidup orang lain. Sehingga dengan semuanya inilah kita akan diperlengkapi dengan berbagai hal yang menakjubkan dalam hidup kita, kuasa dan kemenangan dalam segala hal dan Tuhan akan memakai kita untuk menyatakan kemuliaan-Nya kepada segala bangsa.

 

 

Fokus :

Allah inginkan setiap kita, untuk mempunyai Iman dan percaya dalam Dia, sebab Dia adalah Allah yang hidup dan kekal, apa yang menjadi kerinduan dan pengharapan kita, Dia adalah Allah yang tahu dan mengenal kita.