Seiring dengan pengetahuan yang semakin maraknya, membuat
manusia berpola pikir seperti pola pikirnya sendiri. Terkadang manusia tidak
percaya lagi akan Tuhan, dan hanya mengandalkan kekuatan sendiri, manusia sudah
mulai mengandalkan teknologi yang ada, tidak mengakui akan keberadaan Tuhan. Hal
yang perlu dilakukan dan diketahui saat ini adalah
Manusia perlu transformasi dalam hidup. Tranformasi dalam
Iman, seperti judul di atas “Faithful and
Faithless” yang akan kita ulas dalam menghadapi lingkungan, bahkan dunia
yang semakin bergejolak. Kalau kita mengulas lebih dalam lagi tentang arti kata
dari Faithful yang merupakan “Iman”,
seseorang beriman sesuatu hal akan terjadi dan akan berhasil. Berbeda dengan
kata Faithless yang artinya “Tidak beriman”,
tidak ada dasar kepercayaan akan sesuatu yang akan diaanggap terjadi. Namun
kita lebih fokus kepada Faithful yang
mengubah paradigma setiap yang tidak percaya kepada Tuhan. Faithful akan menuju kedewasaan rohani yang akan menghasilkan
kemurahan Tuhan yang dahsyat dan tak terbayangkan dalam hidup. Suatu keajaiban
akan terjadi jika setiap kita
benar-benar percaya dan mau berjalan melangkah maju bersama dengan Tuhan. Satu
Sosok yang mendasari iman setiap orang percaya kepada Allah ialah Yesus Kristus
yang disebut anak Allah. Dalam Kitab perjanjian baru pada surat Yohanes 1:12 berkata “ Tetapi semua orang yang
menerima-Nya,diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang
percaya dalam namaNya”. Sebelum kita membahas lebih jauh, kita harus lebih
dulu mengerti dan mengenal Tuhan Yesus dalam kehidupan kita. Faithful itu timbul dari pengakuan
secara intelek dan melalui penyerahan penuh pola pikir kepada penyatuan dengan
Tuhan Yesus Kristus. Ketika kita menerima Dia sebagai juruslamat dan percaya
akan Dia, kita menempatkan Dia di bagian mana dalam pandangan dan pola pikir kita? Sampai Tuhan
Yesus Kristus kita terima sebagai sosok tertinggi dan termulia, penjelasan
alkitab, hanyalah menceritakan tentang tanda dan mujizat saja, karena tidak
memiliki suatu bukti. Para penulis dan penerjemah alkitab tidak memiliki satu
materai yang efisien, akan tetapi Roh kudus Tuhan yang memberikan pengertian,
baik pengetian tentang kitab wahyu, dan lainnya, dimana Roh kudus tidak
memateraikan interpretasi alkitab kepada mereka yang menerima Tuhan Yesus
sebagai otoritas tertinggi di dalam hidup, pola pikir, dan cara pandang mereka.
Masalahnya sekarang adalah apakah setiap kita yang sudah mengenal Tuhan Yesus,
menerima Dia dengan segenap hidup, pola pkir dan cara pandang kita? Dia yang
hidup harus kita sadari dan patut menerima Dia sebagai otoritas tertinggi dan
termulia dalam segala apapun itu.
Pada
perjanjian baru mencatat pada surat
Roma pasal 1: 17 berkata “Orang benar akan hidup oleh iman”. Langkah iman
menuju kedewasaan rohani menghasilkan kemurahan Tuhan yang dahsyat dan tidak
pernah terduga. Keajaiban pasti terjadi jika kita bersedia maju terus
bersama-Nya. Terkadang kegagalan menjadi suatu hal yang sangat menakutkan bagi
kita sehingga semua jalan untuk mencapai keberhasilan menjadi terhalang
olehnya. Namun apa yang bisa kita lakukan untuk menghadapi kegagalan dan maju
terus? Berikut ini beberapa langkah iman yang harus kita miliki sebagai
pelayan-pelayan Tuhan dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari agar kita siap
menyambut dan menerima kemenangan yang Allah persiapkan bagi kita.
1.
Tidak melakukan
pelanggaran di hadapan Tuhan
syarat utama yang
harus dilakukan adalah berpaling dari cara-cara berdosa dan kembali kepada
jalan yang benar yang telah Tuhan sediakan bagi kita. Keadaan moral bangsa Israel
yang hancur-hancuran secara rohani tidak membuat Hizkia mundur untuk melakukan
apa yang benar diahdapan Allah. Mungkin saja apa yang dilakukan oleh Hizkia
tetap menginginkan seluruh rakyat itu kembali kepada Allah.
Anugerah dan kasih
karunia yang Telah Allah sediakan bagi kita bukanlah suatu alat bagi kita untuk
terus berdalih dari setiap pelanggaran dan memanfaatkan keabikan Allah agar
terhindar dari hukum Allah. Perlu kita ketahui bahwa kasih dan disiplin Allah berjalan dengan seimbang. Kesucian Allah
tidak bisa digabungkan dengan kekotoran dosa manusia.
2.
Memiliki keyakinan bahwa kita akan mencapai sasaran
kita.
Keyakinan kita dalam mencapai sasaran kita
yang diberikan Allah itu terletak bukan pada kemampuan atau hasrat kita saja,
melainkan pada Allah yang memberi sasaran itu kepada kita dan hasrat
berkobar-kobar untuk mencapainya sedari awalnya. Keyakinan kita dalam mengejar
sasaran yang diberikan Allah harus juga berakar pada hal-hal yang sama.
Memiliki keyakinan bahwa Allah telah memanggil kita untuk meraih sukses dalam
mencapai sasaran-sasaran yang telah ditanamkan-Nya dalam hati kita. Jika kita
tidak memiliki keyakinan bahwa kita dapat mencapai sasaran yang telah diberikan
Allah itu, kita takkan mengerahkan seluruh tenaga kita kedalam upaya tersebut,
dan kita akan mudah berkecil hati begitu mengalami sedikit saja hambatan atau
kemunduran. Keyakinan kepada Tuhan mengobarkan motivasi. Itu adalah landasan
dari keberanian dan daya tahan.
3.
Memiliki hati yang
fokus dan tetap setia.
Kita dituntut untuk
menfokuskan perhatian kita pada suatu sasaran, janganlah biarkan diri kita
menyimpang. Jika kita sungguh percaya Allah telah membantu kita menetapkan
suatu sasaran, janganlah biarkan siapapun menghalangi kita, menghambat kita,
atau mencegah kita mengejarnya. Mungkin ada saat dimana orang lain dapat
membantu kita memperjelas sasaran kita, atau orang lain bisa memberikan nasihat
bijaksana tentang bagaimana cara mencapai suatu sasaran dengan cara yang lebih
efisien dan efektif. Kemudian memiliki hati yang tetap setia yaitu melakukan
dengan segenap hati, dimulai dari diri kita sendiri untuk terus bertekun dan
selalu berusaha untuk memperbaiki diri dan berubah pada hal-hal yang tidak
berkenan dihadapan Allah. Kita kudu menyadari bahwa keberhasilan merupakan
hasil dari ketekunan dan kesetiaan kita dalam mengikuti proses Allah dalam
setiap kehidupan kita. Dan inilah yang disebut sebagai ketaatan seorang hamba
yang melayani tuannya dengan baik dan siap melakukan apa saja yang
diperintahkan oleh tuannya.
Allah
menghendaki kita bergantung kepada-Nya. Kita bukanlah beban bagi Allah jika
kita mengatakan,”Aku sepenuhnya bergantung kepadaMU”. Allah menghendaki
kita bersikap sepenuhnya tergantung kepada-Nya. Bukan hanya sikap kita saja
yang bergantung kepada Tuhan, ucapan serta pernyataan kita kepada orang lain
pun harus mencerminkan ketergantungan ini. Kita takkan dapat mencapai apapun
yang memiliki manfaat kekal dengan kekuatan sendiri. Kita harus mengingatkan
diri serta orang lain dengan apa yang kita ucapkan bahwa hal-hal yang memiliki
manfaat kekal menuntut kita untuk mempercayai Allah dalam melaksanakan maksud
dan tujuan Tuhan dalam hidup kita dan hidup orang lain. Sehingga dengan
semuanya inilah kita akan diperlengkapi dengan berbagai hal yang menakjubkan
dalam hidup kita, kuasa dan kemenangan dalam segala hal dan Tuhan akan memakai
kita untuk menyatakan kemuliaan-Nya kepada segala bangsa.
Fokus :
Allah inginkan setiap
kita, untuk mempunyai Iman dan percaya dalam Dia, sebab Dia adalah Allah yang
hidup dan kekal, apa yang menjadi kerinduan dan pengharapan kita, Dia adalah
Allah yang tahu dan mengenal kita.